PENDIDIKAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
Dahulu istilah “ketidakmampuan”
(disability) dan “cacat” (handicap) dapat dipakai bersama-sama, namun kini
kedua istilah tersebut dibedakan. Disability
adalah keterbatan fungsi yang membatasi kemampuan seseorang. Handicap adalah kondisi yang
ditunjukkan pada seseorang yang menderita ketidakmampuan. Kondisi ini boleh
ajdi disebabkan oleh masyarakat, lingkungan fisik, atau sikap orang itu
sendiri.
Para pendidik lebih sering
menggunakan istilah “children with
disabilities” (anak yang menderita gangguan/ketidakmampuan) ketimbang “disabled children” (anak cacat).
Tujuannya adalah member penekanan pada anaknya, bukan pada cacat atau
ketidakmampuannya. Anak-anak yang menderita ketidakmampuan juga tidak lagi
disebut sebagai “handicapped” (penyandang
cacat), walaupun istilah handicapping
condition masih digunakan untuk mendeskripsikan hambatan belajar dan
hambatan fungsi dari seseorang yang mengalami ketidakmampuan. Misalnya, ketika anak yang menggunakan istilah
kursi roda tidak memiliki akses yang memadai untuk ke kamar mandi,
transportasi, dan sebagainya, maka ini disebut sebagai handcapping condition. Kita akan mengelompokkan ketidakmampuan dan
gangguan sebagai berikut:
1. Gangguan
Indra
Gangguan
indra mencakup gangguan atau kerusakan penglihatan dan pendengaran.
Gangguan Penglihatan. Beberapa
murid mengalami masalah penglihatan yang masih belum diperbaiki. Jika Anda
melihat murid Anda sering memicingkan mata. Membaca buku dari jarak yang amat
dekat, sering mengucek-ucek mata, dan sering mengeluh karena pandangannya kabur
atau suram, maka suruh mereka untuk memeriksakan diri.
Salah satu tugas penting untuk mengajar anak
yang menderita gangguan penglihatan inti adalah menentukan modalitas (seperti
sentuhan atau pendengaran) yang dengannya murid dapat belajar dengan baik. Anak
yang lemah penglihatannya akan lebih baik disuruh duduk di bangku paling depan
di kelas.
Gangguan Pendengaran. Gangguan
pendengaran juga dapat menyulitkan murid dalam proses belajar. Anak yang tuli
secara lahir atau menderita tuli saat masih anak-anak biasanya lemah dalam
kemampuan berbicara dan bahasanya. Pendekatan pendidikan untuk membantu anak
yang punya masalah pendengaran terdiri dari dua kategori: pendekatan oral dan
pendekatan manual. Pendekatan oral antara lain menggunakan metode membaca gerak
bibir, speech reading (menggunakan
alat visual untuk mengajar membaca), dan sejenisnya. Pendekatan manual adalah
dengan bahasa isyarat dan mengeja jarji. Bahasa isyarat adalah sistem gerakan
tangan yang melambangkan kata. Pengejaan jari adalah “mengeja” setiap kata
dengan menandai setiap huruf dari satu kata. Pendekatan oral dan manual dipakai
bersama untuk mengajar murid yang mengalami gangguan pendengaran.
Gangguan Fisik.
1.
Gangguan
Ortopedik. Gangguan ortopedik biasanya berupa
keterbatan gerak atau kurang mampu mengontrol gerak karena ada masalah di otot,
tulang, atau sendi. Cerebral palsy adalah
gangguan yang beupa lemahnya koordinasi otot, tubuh sangat lemah dan goyah,
atau bicaranya tidak jelas.
2.
Gangguan
kejang-kejang. Jenis yang paling banyak dijumpai adalah
epilepsi, gangguan saraf yang
biasanya ditandai dengan serangan terhadapa sensorimotor atau kejang-kejang.
Epilepsi muncul dalam beberapa bentuk berbeda. Dalam bentuknya yang paling
umum, yang dinamakan absent seizures, anak
mengalami kejang-kejang dalam durasi singkat (kurang dari 30 detik), tetapi
bisa terjadi beberapa kali sampai seratus kali dalam sehari. Dalam bentuk
epilepsi lain, yang disebut tonic-clonic,
anak akan kehilangan kesadarannya dan menjadi kaku, gemetar, dan bertingkah
aneh.
Retardasi
Mental
Selain inteligensinya rendah, anak
dengan retardasi mental juga sulit menyesuaikan diri dan susah berkembang.
Keterampilan adaptif antara lain adalah keahlian memerhatikan dan merawat diri
sendiri dan mengemban tanggung jawab sosial seperti berpakaian, buang air,
makan, control diri, dan berinteraksi dengan kawan sebaya. Berdasarkan
definisnya, retasrdasi mental adalah
kondisi sebelum usia 18 tahun yang ditandai dengan rendahnya kecerdasan
(biasanya nilai IQ-nya di bawah 70) dan sulit beradaptasi denga kehidupan
sehari-hari. IQ rendah dan kemampuan beradaptasi yang rendah biasanya tampak
sejak kanak-kanak, dan tidak tampak pada periode normal, dan keadaan retardasi
ini bukan disebabkan oleh kecelakaan atau penyakit atau cedera otak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar