Senin, 03 Juli 2017

PENDIDIKAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

PENDIDIKAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

          
 Image result for pendidikan anak berkebutuhan khusus
 
  Dahulu istilah “ketidakmampuan” (disability) dan “cacat” (handicap) dapat dipakai bersama-sama, namun kini kedua istilah tersebut dibedakan. Disability adalah keterbatan fungsi yang membatasi kemampuan seseorang. Handicap adalah kondisi yang ditunjukkan pada seseorang yang menderita ketidakmampuan. Kondisi ini boleh ajdi disebabkan oleh masyarakat, lingkungan fisik, atau sikap orang itu sendiri.
            Para pendidik lebih sering menggunakan istilah “children with disabilities” (anak yang menderita gangguan/ketidakmampuan) ketimbang “disabled children” (anak cacat). Tujuannya adalah member penekanan pada anaknya, bukan pada cacat atau ketidakmampuannya. Anak-anak yang menderita ketidakmampuan juga tidak lagi disebut sebagai “handicapped” (penyandang cacat), walaupun istilah handicapping condition masih digunakan untuk mendeskripsikan hambatan belajar dan hambatan fungsi dari seseorang yang mengalami ketidakmampuan.  Misalnya, ketika anak yang menggunakan istilah kursi roda tidak memiliki akses yang memadai untuk ke kamar mandi, transportasi, dan sebagainya, maka ini disebut sebagai handcapping condition. Kita akan mengelompokkan ketidakmampuan dan gangguan sebagai berikut:
1.      Gangguan Indra
Gangguan indra mencakup gangguan atau kerusakan penglihatan dan pendengaran.
Gangguan Penglihatan. Beberapa murid mengalami masalah penglihatan yang masih belum diperbaiki. Jika Anda melihat murid Anda sering memicingkan mata. Membaca buku dari jarak yang amat dekat, sering mengucek-ucek mata, dan sering mengeluh karena pandangannya kabur atau suram, maka suruh mereka untuk memeriksakan diri.
 Salah satu tugas penting untuk mengajar anak yang menderita gangguan penglihatan inti adalah menentukan modalitas (seperti sentuhan atau pendengaran) yang dengannya murid dapat belajar dengan baik. Anak yang lemah penglihatannya akan lebih baik disuruh duduk di bangku paling depan di kelas.
Gangguan Pendengaran. Gangguan pendengaran juga dapat menyulitkan murid dalam proses belajar. Anak yang tuli secara lahir atau menderita tuli saat masih anak-anak biasanya lemah dalam kemampuan berbicara dan bahasanya. Pendekatan pendidikan untuk membantu anak yang punya masalah pendengaran terdiri dari dua kategori: pendekatan oral dan pendekatan manual. Pendekatan oral antara lain menggunakan metode membaca gerak bibir, speech reading (menggunakan alat visual untuk mengajar membaca), dan sejenisnya. Pendekatan manual adalah dengan bahasa isyarat dan mengeja jarji. Bahasa isyarat adalah sistem gerakan tangan yang melambangkan kata. Pengejaan jari adalah “mengeja” setiap kata dengan menandai setiap huruf dari satu kata. Pendekatan oral dan manual dipakai bersama untuk mengajar murid yang mengalami gangguan pendengaran.
Gangguan Fisik.
1.      Gangguan Ortopedik. Gangguan ortopedik biasanya berupa keterbatan gerak atau kurang mampu mengontrol gerak karena ada masalah di otot, tulang, atau sendi. Cerebral palsy adalah gangguan yang beupa lemahnya koordinasi otot, tubuh sangat lemah dan goyah, atau bicaranya tidak jelas.
2.      Gangguan kejang-kejang. Jenis yang paling banyak dijumpai adalah epilepsi, gangguan saraf yang biasanya ditandai dengan serangan terhadapa sensorimotor atau kejang-kejang. Epilepsi muncul dalam beberapa bentuk berbeda. Dalam bentuknya yang paling umum, yang dinamakan absent seizures, anak mengalami kejang-kejang dalam durasi singkat (kurang dari 30 detik), tetapi bisa terjadi beberapa kali sampai seratus kali dalam sehari. Dalam bentuk epilepsi lain, yang disebut tonic-clonic, anak akan kehilangan kesadarannya dan menjadi kaku, gemetar, dan bertingkah aneh.
Retardasi Mental
Selain inteligensinya rendah, anak dengan retardasi mental juga sulit menyesuaikan diri dan susah berkembang. Keterampilan adaptif antara lain adalah keahlian memerhatikan dan merawat diri sendiri dan mengemban tanggung jawab sosial seperti berpakaian, buang air, makan, control diri, dan berinteraksi dengan kawan sebaya. Berdasarkan definisnya, retasrdasi mental adalah kondisi sebelum usia 18 tahun yang ditandai dengan rendahnya kecerdasan (biasanya nilai IQ-nya di bawah 70) dan sulit beradaptasi denga kehidupan sehari-hari. IQ rendah dan kemampuan beradaptasi yang rendah biasanya tampak sejak kanak-kanak, dan tidak tampak pada periode normal, dan keadaan retardasi ini bukan disebabkan oleh kecelakaan atau penyakit atau cedera otak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar