Senin, 03 Juli 2017

BIMBINGAN KONSELING

BIMBINGAN KONSELING

Image result for bimbingan konseling

1.  Tujuan
 Secara khusus bimbingan konseling memiliki tujuan untuk membantu siswa agar dapat mencapai tujuan-tujuan perkembangan yang meliputi aspek pribadi sosial, belajar, dan karier. Dari paparan diatas dapat dijelaskan bahwa tujuan khusus bimbingan konseling adalah membantu siswa untuk menjadi siswa  yang memiliki pribadi sosial yang baik, belajara dengan tekun sehingga mendapatkan hasil yang memuaskan, dan mampu mendapatkan prestasi yang baik. Dalam aspek tugas perkembangan pribadi sosial, layanan bimbingan konseling membantu siswa agar:

 1 Memiliki kesadaran diri, yaitu menggambarkan penampilan dan mengenal kekhususan yang ada pada dirinya.
2 Dapat menegembangkan sikap positif, seperti menggambarkan orang-orang yang mereka  senangi.
3 Membuat pilihan secara sehat
4 Mampu menghargai oranglain
5 Memiliki rasa tanggung jawab
6 Mengembangkan keterampilan hubungan antar pribadi
7 Dapat menyelesaikan konflik
8 Dapat membuat keputusan secara efektif

2.  Fungsi Bimbingan dan Konseling

Ada beberapa fungsi bimbingan dan konseling
Fungsi pencegahan
Maksud dari fungsi pencegahan adalah bahwa bimbingan konseling merupakan usaha pencegahan terhadap timbulnya masalah. Dalam hal ini BK membantu anak didiknya untuk agar terhindar dari masalah yang dapat menghambat perkembangan mereka.

Fungsi penyaluran
Dalam pendidikan bimbingan konseling berfungsii sebagai penyaluran maksudnya adalah bahwa bimbingan konseling berfungsi untuk menyalurkan bakat dan minat anak supaya bisa menghasilkan prestasi yang sebaik-baiknya.
Fungsi penyesuaian
Maksud dari bimbingan konseling berfungsi sebagai penyesuaian adalah bahwa pelayanan bimbingan dan penyuluhan berfungsi membantu terciptanya penyesuaian antara siswa dengan lingkungannya. Dalam paparan diatas dapat di katakan bahwa bimbingan konseling sebagai penyesuaian  maksudnya adalah bimbingan konseling harus mampu menyesuaikan murid dengan lingkungannya yaitu lingkungan sekolah dan sebagai penyesuaian dalam mengembangkan program pendidikan yang sesuai dengan keadaan siswa.
Fungsi Perbaikan
Yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu konseli sehingga dapat memperbaiki kekeliruan dalam berfikir, berperasaan dan bertindak (berkehendak). Konselor melakukan intervensi (memberikan perlakuan) terhadap konseli supaya memiliki pola berfikir yang sehat, rasional dan memiliki perasaan yang tepat sehingga dapat mengantarkan mereka kepada tindakan atau kehendak yang produktif dan normatif.
Fungsi Fasilitasi
Memberikan kemudahan kepada konseli dalam mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, serasi, selaras dan seimbang seluruh aspek dalam diri konseli.
Fungsi Pemeliharaan
Yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu konseli supaya dapat menjaga diri dan mempertahankan situasi kondusif yang telah tercipta dalam dirinya. Fungsi ini memfasilitasi konseli agar terhindar dari kondisi-kondisi yang akan menyebabkan penurunan produktivitas diri. Pelaksanaan fungsi ini diwujudkan melalui program-program yang menarik, rekreatif dan fakultatif (pilihan) sesuai dengan minat konseli.
Fungsi Penyesuaian
Yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu konseli agar dapat menyesuaikan diri dengan diri dan lingkungannya secara dinamis dan konstruktif.

3.  Manfaat Bimbingan dan Konsling
a.Bimbingan konseling akan membuat diri kita merasa lebih baik, merasa lebih bahagia, tenang dan nyaman karena bimbingan konseling tersebut membantu kita untuk menerima setiap sisi yang ada di dalam diri kita.
b.Bimbingan konseling juga membantu menurunkan bahkan menghilangkan tingkat tingkat stress dan depresi yang kita alami karena kita dibantu untuk mencari sumber stress tersebut serta dibantu pula mencari cara penyelesaian terbaik dari permasalahan yang belum terselesaikan itu.
c.Bimbingan konseling membantu kita untuk dapat memahami dan menerima diri sendiri dan orang lain sehingga akan meningkatkan hubungan yang efektif dengan orang lain serta dapat berdamai dengan diri sendiri.
d.Perkembangan personal akan meningkat secara positif karena adanya bimbinga konseling.

PENDIDIKAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

PENDIDIKAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

          
 Image result for pendidikan anak berkebutuhan khusus
 
  Dahulu istilah “ketidakmampuan” (disability) dan “cacat” (handicap) dapat dipakai bersama-sama, namun kini kedua istilah tersebut dibedakan. Disability adalah keterbatan fungsi yang membatasi kemampuan seseorang. Handicap adalah kondisi yang ditunjukkan pada seseorang yang menderita ketidakmampuan. Kondisi ini boleh ajdi disebabkan oleh masyarakat, lingkungan fisik, atau sikap orang itu sendiri.
            Para pendidik lebih sering menggunakan istilah “children with disabilities” (anak yang menderita gangguan/ketidakmampuan) ketimbang “disabled children” (anak cacat). Tujuannya adalah member penekanan pada anaknya, bukan pada cacat atau ketidakmampuannya. Anak-anak yang menderita ketidakmampuan juga tidak lagi disebut sebagai “handicapped” (penyandang cacat), walaupun istilah handicapping condition masih digunakan untuk mendeskripsikan hambatan belajar dan hambatan fungsi dari seseorang yang mengalami ketidakmampuan.  Misalnya, ketika anak yang menggunakan istilah kursi roda tidak memiliki akses yang memadai untuk ke kamar mandi, transportasi, dan sebagainya, maka ini disebut sebagai handcapping condition. Kita akan mengelompokkan ketidakmampuan dan gangguan sebagai berikut:
1.      Gangguan Indra
Gangguan indra mencakup gangguan atau kerusakan penglihatan dan pendengaran.
Gangguan Penglihatan. Beberapa murid mengalami masalah penglihatan yang masih belum diperbaiki. Jika Anda melihat murid Anda sering memicingkan mata. Membaca buku dari jarak yang amat dekat, sering mengucek-ucek mata, dan sering mengeluh karena pandangannya kabur atau suram, maka suruh mereka untuk memeriksakan diri.
 Salah satu tugas penting untuk mengajar anak yang menderita gangguan penglihatan inti adalah menentukan modalitas (seperti sentuhan atau pendengaran) yang dengannya murid dapat belajar dengan baik. Anak yang lemah penglihatannya akan lebih baik disuruh duduk di bangku paling depan di kelas.
Gangguan Pendengaran. Gangguan pendengaran juga dapat menyulitkan murid dalam proses belajar. Anak yang tuli secara lahir atau menderita tuli saat masih anak-anak biasanya lemah dalam kemampuan berbicara dan bahasanya. Pendekatan pendidikan untuk membantu anak yang punya masalah pendengaran terdiri dari dua kategori: pendekatan oral dan pendekatan manual. Pendekatan oral antara lain menggunakan metode membaca gerak bibir, speech reading (menggunakan alat visual untuk mengajar membaca), dan sejenisnya. Pendekatan manual adalah dengan bahasa isyarat dan mengeja jarji. Bahasa isyarat adalah sistem gerakan tangan yang melambangkan kata. Pengejaan jari adalah “mengeja” setiap kata dengan menandai setiap huruf dari satu kata. Pendekatan oral dan manual dipakai bersama untuk mengajar murid yang mengalami gangguan pendengaran.
Gangguan Fisik.
1.      Gangguan Ortopedik. Gangguan ortopedik biasanya berupa keterbatan gerak atau kurang mampu mengontrol gerak karena ada masalah di otot, tulang, atau sendi. Cerebral palsy adalah gangguan yang beupa lemahnya koordinasi otot, tubuh sangat lemah dan goyah, atau bicaranya tidak jelas.
2.      Gangguan kejang-kejang. Jenis yang paling banyak dijumpai adalah epilepsi, gangguan saraf yang biasanya ditandai dengan serangan terhadapa sensorimotor atau kejang-kejang. Epilepsi muncul dalam beberapa bentuk berbeda. Dalam bentuknya yang paling umum, yang dinamakan absent seizures, anak mengalami kejang-kejang dalam durasi singkat (kurang dari 30 detik), tetapi bisa terjadi beberapa kali sampai seratus kali dalam sehari. Dalam bentuk epilepsi lain, yang disebut tonic-clonic, anak akan kehilangan kesadarannya dan menjadi kaku, gemetar, dan bertingkah aneh.
Retardasi Mental
Selain inteligensinya rendah, anak dengan retardasi mental juga sulit menyesuaikan diri dan susah berkembang. Keterampilan adaptif antara lain adalah keahlian memerhatikan dan merawat diri sendiri dan mengemban tanggung jawab sosial seperti berpakaian, buang air, makan, control diri, dan berinteraksi dengan kawan sebaya. Berdasarkan definisnya, retasrdasi mental adalah kondisi sebelum usia 18 tahun yang ditandai dengan rendahnya kecerdasan (biasanya nilai IQ-nya di bawah 70) dan sulit beradaptasi denga kehidupan sehari-hari. IQ rendah dan kemampuan beradaptasi yang rendah biasanya tampak sejak kanak-kanak, dan tidak tampak pada periode normal, dan keadaan retardasi ini bukan disebabkan oleh kecelakaan atau penyakit atau cedera otak.

MENGELOLA KELAS YANG BAIK DAN BENAR

Mengelola Kelas
Image result for mengelola kelas
Mengapa Kelas Perlu Dikelola Secara Efektif
            Manajemen kelas yang efektif akan memaksimalkan kesempatan pembelajaran murid (Charles, 2002; Everstson, Emmer, & Worsham, 2003). Para pakar dalam bidang manajemen kelas melaporkan bahwa ada perubahan dalampemikiran tentang cara terbaik untuk mengelola kelas. Pandangan lama menekankan pada penciptaan dan pengaplikasian aturan untuk mengontrol tindak tanduk murid. Pandangan yang baru memfokuskan pada kebutuhan murid untuk mengembangkan hubungan dan kessempatan untuk menata diri (Kennedy, dkk., 2001). Manajemen kelas yang mengorientasikan murid pada sikap pasif dan patuh pada aturan ketat dapat melemahkan keterlibatan murid dalm pembelajaran aktif, pemikiran, dan konstruksi pemikiran social (Charles & Senter, 2002). Tren barudalam manajemen kelas lebih menekankan pada pembimbingan murid untuk lebih mau berdisiplin diri dan tidak terlalu menekankan pada kontrol eksternal ada diri murid (Freiberg, 1999). Secara historis, dalam manajemen kelas, guru dianggap sebagai pengatur. Dalam tren yang lebih menekankan pada pelajar, guru lebih dianggap sebagai pemandu, koordinator dan fasilitator (Freiberg, 1999; Kauffman,dkk, 2002). Model manajemen kelas yang baru bukan mengarah pada mode permisif. Penekanan pada perhatian dan regulasi diri murid bukan berate guru tidak bertanggung jawab atas apa yang terjadi di kelas (Emmer & Stough, 2001).

Mendesain Lingkungan Fisik Kelas
Prinsip Penataan Kelas
            Berikut ini empat prinsip dasar yang dapat Anda pakai untuk menata kelas Anda (Evertson, Emmer, & Worsham, 2003):
1   Kurangi kepadatan di tempat lalu-lalang. Gangguan dapat terjadi di daerah yang sering dilewati. Daerah ini antara lain area belajar kelompok, bangku murid, meja guru, dll. Pisahkan area-area ini dan pastikan mudah untuk diakses.
2  Pastikan bahwa Anda dapat dengan mudah melihat semua murid. Tugas manajemen yang penting adalah memonitor murid secara cermat. Untuk itu, Anda  harus bisa melihat semua murid. Pastikan ada jarak pandang yang jelas dari meja Anda, lokasi instruksional, meja murid, dan semua murid. Jangan sampai ada yang tidak kelihatan.
3  Materi pengajaran dan perlengkapan murid harus mudah diakses. Ini akan meminimalkan waktu persiapan dan perapian, dan mengurangi kelambatan dan gangguan aktivitas.
4  Pastikan murid daapat dengan mudah melihat semua presentasi kelas. Tentukan dimana Anda dan murid Anda akan berada saat presentasi kelas diadakan. Untuk aktivitas ini, murid tidak boleh memindahkan kursi atau menjulurkan lehernya. Untuk mengetahui seberapa baik murid dapat melihat dari tempat mereka, duduklah di kursi mereka.

Gaya Penataan
            Dalam memikirkan bagaimana cara Anda mengorganisasikan ruang fisik kelas, Anda harus bertanya kepada diri sendiri tipe aktivitas pengajaran apa yang akan diterima murid. Pertimbangkan penataan fisik yang paling mendukung aktivitas ini (Crane, 2001; Fickes, 2001).
Penataan Kelas Standar
v  Gaya auditorium, Semua murid menghadap guru. Penataan ini membatasi kontak murid tatap muka dan guru bebas bergerak ke mana saja. Gaya ini sering dipakai ketika guru mengajar atau seseorang member presentasi ke kelas.
v  Gaya tatap muka, murid saling menghadap. Gangguan dari murid lain akan lebih besar pada susunan ini dibandingkan dengan gaya auditorium.
v  Gaya off-set, sejumlah murid (biasanya ttiga atau empat anak) duduk di bangku tetapi tidak duduk berhadapan langsung satu sama lain.
v  Gaya seminar, sejumlah besar murid (10 atau lebih) duduk di susunan berbentuk lingkaran, atau persegi, atau bentuk U. Gaya ini terutama efektif ketika Anda ingin agar murid berbicara satu sama lain atau bercakap-cakap dengan Anda.
v  Gaya klaster (cluster), sejumlah murid (biasanya empat sampai delapan anak) bekerja dalam kelompok kecil. Susunan ini terutama efektiff untuk aktivitas pembelajaran kolaboratif.
Menciptakan Lingkungan yang Positif untuk Pembelajaran
Strategi Umum
1 Menggunakan gaya otoritatif. Gaya manajemen kelas otoritatif berasal dari gaya parenting Diana Baumrind (1971, 1996). Seperti orang tua yang otoritatif, guru yang otoritatif akan punya murid yang cenderung mandiri, tidak cepat puas, mau bekerja sama dengan teman, dan menunjukkan penghargaan diri yang tinggi. Strategi manajemen kelas yang otoritatifakan mendorong murid untuk menjadi pemikir yang independen dan pelaku yang independen tetapi strategi ini masih menggunakan sedikit monitoring murid. Guru yang otoritatif melibatkan murid dalam kerja sama give-and-take dan menunjukkan sikap perhatian kepada mereka. Guru yang otoritatif akan menjelaskan aturan dan regulasi, menentukan standar dengan masukan dari murid.
2 restriktif dan punitive. Focus utamanya adalah menjaga ketertiban di kelas, bukan pada pengajaran dan pembelajaran. Guru otoriter sangat mengekang dan mengontrol murid dan tidak banyak melakukan percakapan dengan mereka. Murid di kelas yang otoritarian ini cenderung pasif, tidak mau membuat inisiatif aktivitas, mengekspresikan kekhawatiran tentang perbandingan social, dan memiliki keterampilan komunikasi yang buruk.
3  Gaya manajemen kelas yang permisif. Gaya ini memberi otonomi yang banyak pada murid tapi tidak member banyak dukungan untuk pengembangan keahlian pembelajaran atau pengelolaan perilaku mereka. Tidak mengejutkan, murid di kelas permisif cenderung punya keahlian akademik yang tidak memadai dan control diri yang rendah.

Secara keseluruhan, gaya otoritatif akan lebih bermanfaatbagi murid Anda ketimbang gaya otoriter dan permisif. Gaya yang otoritatif akan membantu murid Anda menjadi pembelajar yang aktif dan mampu mengendalikan diri.

Mengelola Aktivitas Kelas Secara Efektif
      Kounin menyimpulkan bahwa guru yang efektif berbeda dengan guru yang tidak efektif  bukan dalamcara mereka merespons perilaku menyimpang murid, tetapi berbeda  dalam cara mereka mengelolaaktivitas kelompoksecara kompeten. Berikut inikita akan fokus pada beberapa perbedaan antara manajer kelompok kelasyang efektif dan tidak efektif.
1  Menunjukkan seberapa jauh mereka”mengikuti”. Kounin menggunakan istilah”withitness” untuk mendeskripsikan strategi dimana mereka senantiasa mengikuti apa yang terjadi.
2  Atasi situasi tumpang-tindih secara efektif. Kounin mengamati bahwa beberapa guru tampaknya berpikir sempit,hanya menangani satu hal dalam satu waktu. Ini adalah strategi tidak efektif yang kerap menimbulkan interupsi aliran prosese belajar di kelas.
3  Menjaga kelancaran dan kontinuitas. Manajer yang efektif akan menjaga aliran pelajaran tetap lancer, mempertahankan minat murid dan tidak menjaga agar murid tidak mudah terganggu.
  
                              semoga berguna bagi anda